Ads 468x60px

Senin, 10 September 2012

ASEAN PARAGAMES 2011 INDONESIA


Apakah anda masih mengingat kira-kira hal apa yang membuat anda mengubah jalan pikiran anda yang tadinya sulit untuk menerima kekurangan kecil pada diri anda kini menjadi lebih bersyukur akan kelebihan yang diberikan Tuhan pada anda? Saya pernah merasakan hal itu. Nah hingga pada suatu kesempatan saya mendapat sebuah pelajaran yang amat menakjubkan yang membuat saya terkagum akan suatu kekurangan, karena kekurangan itu tergantikan oleh suatu kelebihan. 

(Gambar dari Google)




Pada tulisan kali ini saya ingin menuangkan cerita pengalaman saya. Pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup saya. Pengalaman ketika saya mengikuti sebuah pendaftaran untuk sukarelawan di Acara Olahraga Internasional “Asean Paragames” yang berlangsung di Solo, Desember 2011. Jujur, saat itu memang saya sangat tertarik untuk ikut mendaftar. Karena acara ini bertaraf Internasional dengan diikuti 11 Negara, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, Singapura, Timor Leste, Kamboja, Bruney Darussalam, Laos dan Filipina. Acara ini diselenggarakan untuk para atlet yang (maaf) kurang memiliki fisik sempurna. Katakan lah kaum difabel.

Wah Saya tidak mungkin melewatkan acara besar ini, karena belum tentu Acara Internasional seperti ini akan mampir lagi di Solo. Dan yang terlintas di benak saya adalah pertama saya ingin mencari pengalaman. Yang kedua saya ingin berkenalan dengan teman baru dan menjalin relasi yang baru. Yang ketiga saya tidak munafik untuk mengatakan saya ingin mendapat honor yang lumayan besar dari mengikuti acara tersebut karena pada saat itu saya tidak sedang memiliki pekerjaan.  Dan agar dapat lolos saya harus melewati tahap tes demi tes yang melelahkan dan memakan waktu dari sore hingga larut malam. Dan harus bisa mengalahkan saingan yang tidak sedikit.

Hari demi hari saya menunggu panggilan dari panitia dan akhirnya saya mendapat panggilan untuk dapat berpartisipasi dalam acara tersebut. Kebetulan saya mendapat kepercayaan untuk ditempatkan di venue Cabang Olahraga “Sitting Volley” atau Voli Duduk. Berlokasi di GOR Manahan Solo yang bersebelahan dengan venue Cabang Olahraga Tenis dan berseberangan dengan Gedung Cabang Olahraga Angkat Besi. Dengan mengenakan Dress Code Batik, kami yang terpilih menjadi relawan dikumpulkan menjadi satu di dalam gedung tempat Voli Duduk dilaksanakan. Dipisahkan menjadi 3 kelompok. Kelompok satu adalah Kelompok dari Panitia Pelaksana, Kelompok dua adalah kelompok dari Workforce, dan kelompok ketiga adalah kelompok saya, yakni Volunteer digabung dengan kelompok Liaison Officer yang hanya berjumlah 3 orang. Dengan seksama saya dan teman-teman yang lain mendengarkan pengarahan dari Ketua Panpel. Tidak banyak pengarahan yang diberikan oleh Ketua Panpel karena masing-masing dari kelompok sudah mengetahui tugas-tugas apa yang harus dilaksanakan. 

Dari 11 negara yang berpartisipasi dalam Asean Paragames, hanya 6 negara yang mengikuti Cabang Olahraga Voli duduk untuk voli putera dan hanya 3 negara untuk voli puteri. Indonesia, Myanmar, Kamboja, Thailand, Malaysia, Timor Leste negara yang mengikuti kategori putera. Untuk kategori puteri yaitu Indonesia, Malaysia, dan Timor Leste. 

Karena daya ingat saya yang buruk, saya tidak mampu mengingat persis kapan tanggal saat pertama kali peserta latihan di venue, Pertandingan pertama, dan Pertandingan final berlangsung. Walau begitu saya masih bisa mengingat walaupun tidak mendetail. Oh iya saya belum menjelaskan tugas apa yang diampu oleh Volunteer di venue “Sitting Volley”. Tugas saya dan teman-teman adalah mendampingi para atlet saat berada di venue, membantu atlet saat atlet butuh sesuatu contohnya air minum dan membawakan perlengkapan-perlengkapan atlet saat berada di venue. Kelihatan simpel & ringan bukan? Namun tidak pada saat saya menjalaninya. Tugas saya tidak bisa dipandang enteng, karena kenyataannya tugas saya memang berat. Datang sebelum pukul 7 pagi, hingga pulang sekitar pukul 8 malam. 

Hari dimana Pembukaan Asean Paragames begitu melelahkan. Pagi hari saya dan teman-teman volunteer mendampingi para atlet latihan hingga siang. Sore hari saya harus mengikuti pawai/karnaval arak-arakan atlet dari 11 negara, tak terkecuali Volunteer, LO, dan Workforce pun turut serta. Arak-arakan dimulai dari Stadion Kotabarat dan menyusuri Jalan Utama Solo, Jl. Slamet Riyadi. Pak Jokowi Walikota kebanggaan Kota Solo pun turut hadir disana, dengan menunggu di sebuah tenda yang didirikan di pinggir jalan Slamet Riyadi. Pak Jokowi terlihat elegan dengan mengenakan jarik, beskap, dan blangkon khas Jawa, ditemani oleh pejabat-pejabat yang hadir disana. Beliau menyambut kami para pasukan pawai dengan lambaian tangan gembira, dan kami pun tak ketinggalan untuk membalas lambaian tangan Pak Jokowi dengan lambaian topi yang kami kenakan saat itu.

 Setelah melewati tenda Pak jokowi, kami masih jauh menyusuri jalan Slamet Riyadi dengan ribuan orang menyemut hadir untuk menyaksikan pawai. Akhir dari rute pawai kami adalah Balaikota Solo yang saya tidak tahu akan berapa kilometer yang kami lewati. Hari semakin sore dengan diiringi rintik-rintik gerimis kami tetap bersemangat untuk menyelesaikan segera rute kami di Balaikota Solo, hingga tapak demi setapak tak terasa Balaikota sudah di depan mata. Sekitar pukul setengah 6 sore kami sudah menginjak rumput Balaikota, beristirahat tentunya. Minum air sebanyak-banyaknya untuk memulihkan tenaga yang sudah terkuras.

Esok harinya pertandingan pertama dimulai, saya dan teman-teman mulai melaksanakan tugas. Mendampingi atlet datang dan menuju kamar ganti dan saya dan teman-teman menunggu diluar kamar ganti. Setelah atlet siap dengan kostum masing-masing saya dan teman-teman pun membawakan berbagai perlengkapan para atlet. Mulai dari tas pribadi pemain, bola voli, kursi roda, hingga kaki palsu. Para atlet itu kami layani dengan sebaik mungkin. Dengan keramahan khas orang Indonesia kami sambut mereka dengan senyum, salam, dan sapa.Walaupun tidak paham bahasa mereka, Bahasa Inggris adalah jembatan kami para volunteer dan atlet bisa saling berkomunikasi dengan baik. Sama sekali saya dan para teman-teman volunteer tidak pernah memikirkan segi fisik para atlet. Yang ada di benak kami adalah Mereka atlet dan tugas kami adalah pendamping atlet di lapangan.

Akan saya jabarkan bagian fisik mana saja yang kurang lengkap untuk atlet yang mengikuti Cabang Olahraga Voli duduk. Ada yang mempunyai satu kaki, ada yang hanya memiliki satu tangan, bahkan ada pula yang tidak memiliki kedua kaki sebatas paha yang paling saya ingat adalah salah satu atlet Kontingen Negeri Gajah Thailand. Sebenarnya banyak pula yang masih memiliki tubuh lengkap namun kurang sempurna, seperti contoh salah satu kaki atau tangan lebih kecil dari ukuran normal. 

Jujur saat itu hati saya sangat tersentuh dengan melihat keadaan mereka. Saya sangat kagum kepada mereka. Mereka mampu mengharumkan nama negara mereka masing-masing dengan bakat dan skill mereka. Boleh dibilang saya sedikit iri dengan mereka, saya yang mempunyai fisik lengkap belum bisa memberikan kontribusi apapun pada negara. Yang bisa saya lakukan pada negara saat ini hanya berusaha menjadi warga negara yang baik dan membuang sampah pada tempatnya. 

Ya, memang Tuhan sangat adil pada umatnya. Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan. Mungkin dengan cara inilah saya bisa dan akan selalu mengingat Tuhan. Di setiap putus asa dan mengeluh pada keadaan saya selalu sadar bahwa saya masih sangat beruntung. Dengan pengalaman ini saya sangat sadar. Ada hal yang lebih penting dari sekedar "uang". Melalui pengalaman inilah saya mendapat dua "bayaran" sekaligus selain honor sukarelawan, yaitu hikmah.

Saya menulis ini tidak untuk mengejek ataupun meremehkan mereka, justru karena saya menulis inilah untuk mengapresiasi kerja keras mereka. Menghargai kemampuan mereka, menghargai jasa mereka pada negara karena tetes demi tetes keringat yang dicucurkannya di setiap pertandingan adalah dedikasi, pengabdian, dan persembahan untuk negara. Mereka berkarya dengan cara terhormat dan kita pun patut menghormati mereka. Hampir menitikkan air mata bila mengingat perjuangan mereka di setiap pertandingan, membuka kembali ingatan saya di waktu itu. Hingga saya menulis pun air mata saya hampir menetes kembali, apalagi saat saya menulis sedang mendengarkan lagu sendu. 
Berikut beberapa dokumentasi pribadi saya ketika acara belangsung.


( Kontingen asal Kamboja, beristirahat setelah latihan)


(Tim Volunteer dan dua personel Kontingen Thailand)



(Tim Merah Putih Kebanggaan Indonesia, full team)


(Berada di tengah tim Myanmar beserta Liaison Officer paling kanan)



(Tim asal Timor Leste, formasi kurang lengkap)




 (bersama Mr Zaw Moe Aung kontingen asal Myanmar -Pemain Favorit saya- )


Mungkin sampai sebagian dulu pengalaman ini saya tulis, di lain kesempatan saya akan melanjutkan kembali bagian pengalaman ini di part selanjutnya. 

Selamat Malam

“Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu, Tanyakan Apa yang Sudah Kamu Berikan Untuk Negara”

3 komentar: