Apakah anda masih mengingat kira-kira hal apa yang membuat
anda mengubah jalan pikiran anda yang tadinya sulit untuk menerima kekurangan kecil
pada diri anda kini menjadi lebih bersyukur akan kelebihan yang diberikan Tuhan
pada anda? Saya pernah merasakan hal itu. Nah hingga pada suatu kesempatan saya
mendapat sebuah pelajaran yang amat menakjubkan yang membuat saya terkagum akan
suatu kekurangan, karena kekurangan itu tergantikan oleh suatu kelebihan.
(Gambar dari Google)
Pada tulisan kali ini saya ingin
menuangkan cerita pengalaman saya. Pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur
hidup saya. Pengalaman ketika saya mengikuti sebuah pendaftaran untuk
sukarelawan di Acara Olahraga Internasional “Asean Paragames” yang berlangsung
di Solo, Desember 2011. Jujur, saat itu memang saya sangat tertarik untuk ikut
mendaftar. Karena acara ini bertaraf Internasional dengan diikuti 11 Negara,
Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, Singapura, Timor Leste,
Kamboja, Bruney Darussalam, Laos dan Filipina. Acara ini diselenggarakan untuk
para atlet yang (maaf) kurang memiliki fisik sempurna. Katakan lah kaum
difabel.
Wah Saya tidak mungkin melewatkan
acara besar ini, karena belum tentu Acara Internasional seperti ini akan mampir
lagi di Solo. Dan yang terlintas di benak saya adalah pertama saya ingin
mencari pengalaman. Yang kedua saya ingin berkenalan dengan teman baru dan
menjalin relasi yang baru. Yang ketiga saya tidak munafik untuk mengatakan saya
ingin mendapat honor yang lumayan besar dari mengikuti acara tersebut karena
pada saat itu saya tidak sedang memiliki pekerjaan. Dan agar dapat lolos saya harus melewati
tahap tes demi tes yang melelahkan dan memakan waktu dari sore hingga larut
malam. Dan harus bisa mengalahkan saingan yang tidak sedikit.
Hari demi hari saya menunggu
panggilan dari panitia dan akhirnya saya mendapat panggilan untuk dapat
berpartisipasi dalam acara tersebut. Kebetulan saya mendapat kepercayaan untuk
ditempatkan di venue Cabang Olahraga “Sitting Volley” atau Voli Duduk. Berlokasi
di GOR Manahan Solo yang bersebelahan dengan venue Cabang Olahraga Tenis dan
berseberangan dengan Gedung Cabang Olahraga Angkat Besi. Dengan mengenakan Dress Code Batik, kami yang terpilih
menjadi relawan dikumpulkan menjadi satu di dalam gedung tempat Voli Duduk
dilaksanakan. Dipisahkan menjadi 3 kelompok. Kelompok satu adalah Kelompok dari
Panitia Pelaksana, Kelompok dua adalah kelompok dari Workforce, dan kelompok
ketiga adalah kelompok saya, yakni Volunteer digabung dengan kelompok Liaison
Officer yang hanya berjumlah 3 orang. Dengan seksama saya dan teman-teman yang
lain mendengarkan pengarahan dari Ketua Panpel. Tidak banyak pengarahan yang
diberikan oleh Ketua Panpel karena masing-masing dari kelompok sudah mengetahui
tugas-tugas apa yang harus dilaksanakan.
Dari 11 negara yang berpartisipasi
dalam Asean Paragames, hanya 6 negara yang mengikuti Cabang Olahraga Voli duduk
untuk voli putera dan hanya 3 negara untuk voli puteri. Indonesia, Myanmar,
Kamboja, Thailand, Malaysia, Timor Leste negara yang mengikuti kategori putera.
Untuk kategori puteri yaitu Indonesia, Malaysia, dan Timor Leste.
Karena daya ingat saya yang buruk,
saya tidak mampu mengingat persis kapan tanggal saat pertama kali peserta
latihan di venue, Pertandingan pertama, dan Pertandingan final berlangsung.
Walau begitu saya masih bisa mengingat walaupun tidak mendetail. Oh iya saya
belum menjelaskan tugas apa yang diampu oleh Volunteer di venue “Sitting
Volley”. Tugas saya dan teman-teman adalah mendampingi para atlet saat berada
di venue, membantu atlet saat atlet butuh sesuatu contohnya air minum dan
membawakan perlengkapan-perlengkapan atlet saat berada di venue. Kelihatan
simpel & ringan bukan? Namun tidak pada saat saya menjalaninya. Tugas saya
tidak bisa dipandang enteng, karena kenyataannya tugas saya memang berat.
Datang sebelum pukul 7 pagi, hingga pulang sekitar pukul 8 malam.
Hari dimana Pembukaan Asean
Paragames begitu melelahkan. Pagi hari saya dan teman-teman volunteer
mendampingi para atlet latihan hingga siang. Sore hari saya harus mengikuti
pawai/karnaval arak-arakan atlet dari 11 negara, tak terkecuali Volunteer, LO,
dan Workforce pun turut serta. Arak-arakan dimulai dari Stadion Kotabarat dan
menyusuri Jalan Utama Solo, Jl. Slamet Riyadi. Pak Jokowi Walikota kebanggaan
Kota Solo pun turut hadir disana, dengan menunggu di sebuah tenda yang
didirikan di pinggir jalan Slamet Riyadi. Pak Jokowi terlihat elegan dengan
mengenakan jarik, beskap, dan blangkon khas Jawa, ditemani oleh pejabat-pejabat
yang hadir disana. Beliau menyambut kami para pasukan pawai dengan lambaian
tangan gembira, dan kami pun tak ketinggalan untuk membalas lambaian tangan Pak
Jokowi dengan lambaian topi yang kami kenakan saat itu.
Setelah melewati tenda Pak jokowi, kami masih
jauh menyusuri jalan Slamet Riyadi dengan ribuan orang menyemut hadir untuk
menyaksikan pawai. Akhir dari rute pawai kami adalah Balaikota Solo yang saya
tidak tahu akan berapa kilometer yang kami lewati. Hari semakin sore dengan
diiringi rintik-rintik gerimis kami tetap bersemangat untuk menyelesaikan segera
rute kami di Balaikota Solo, hingga tapak demi setapak tak terasa Balaikota
sudah di depan mata. Sekitar pukul setengah 6 sore kami sudah menginjak rumput
Balaikota, beristirahat tentunya. Minum air sebanyak-banyaknya untuk memulihkan
tenaga yang sudah terkuras.
Esok harinya pertandingan pertama
dimulai, saya dan teman-teman mulai melaksanakan tugas. Mendampingi atlet
datang dan menuju kamar ganti dan saya dan teman-teman menunggu diluar kamar
ganti. Setelah atlet siap dengan kostum masing-masing saya dan teman-teman pun
membawakan berbagai perlengkapan para atlet. Mulai dari tas pribadi pemain, bola
voli, kursi roda, hingga kaki palsu. Para atlet itu kami layani dengan sebaik
mungkin. Dengan keramahan khas orang Indonesia kami sambut mereka dengan
senyum, salam, dan sapa.Walaupun tidak paham bahasa mereka, Bahasa Inggris
adalah jembatan kami para volunteer dan atlet bisa saling berkomunikasi dengan
baik. Sama sekali saya dan para teman-teman volunteer tidak pernah memikirkan segi
fisik para atlet. Yang ada di benak kami adalah Mereka atlet dan tugas kami
adalah pendamping atlet di lapangan.
Akan saya jabarkan bagian fisik mana
saja yang kurang lengkap untuk atlet yang mengikuti Cabang Olahraga Voli duduk.
Ada yang mempunyai satu kaki, ada yang hanya memiliki satu tangan, bahkan
ada pula yang tidak memiliki kedua kaki sebatas paha yang paling saya ingat
adalah salah satu atlet Kontingen Negeri Gajah Thailand. Sebenarnya banyak pula
yang masih memiliki tubuh lengkap namun kurang sempurna, seperti contoh salah
satu kaki atau tangan lebih kecil dari ukuran normal.
Jujur saat itu hati saya sangat tersentuh
dengan melihat keadaan mereka. Saya sangat kagum kepada mereka. Mereka mampu
mengharumkan nama negara mereka masing-masing dengan bakat dan skill mereka. Boleh dibilang saya
sedikit iri dengan mereka, saya yang mempunyai fisik lengkap belum bisa
memberikan kontribusi apapun pada negara. Yang bisa saya lakukan pada negara
saat ini hanya berusaha menjadi warga negara yang baik dan membuang sampah pada
tempatnya.
Ya, memang Tuhan sangat adil pada umatnya.
Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan. Mungkin dengan cara inilah saya bisa
dan akan selalu mengingat Tuhan. Di setiap putus asa dan mengeluh pada keadaan
saya selalu sadar bahwa saya masih sangat beruntung. Dengan pengalaman ini saya sangat sadar. Ada hal yang lebih penting dari sekedar "uang". Melalui pengalaman inilah saya mendapat dua "bayaran" sekaligus selain honor sukarelawan, yaitu hikmah.
Saya menulis ini tidak untuk
mengejek ataupun meremehkan mereka, justru karena saya menulis inilah untuk
mengapresiasi kerja keras mereka. Menghargai kemampuan mereka, menghargai jasa
mereka pada negara karena tetes demi tetes keringat yang dicucurkannya di setiap
pertandingan adalah dedikasi, pengabdian, dan persembahan untuk negara. Mereka
berkarya dengan cara terhormat dan kita pun patut menghormati mereka. Hampir
menitikkan air mata bila mengingat perjuangan mereka di setiap pertandingan,
membuka kembali ingatan saya di waktu itu. Hingga saya menulis pun air mata saya
hampir menetes kembali, apalagi saat saya menulis sedang mendengarkan lagu
sendu.
Berikut beberapa dokumentasi pribadi saya ketika acara belangsung.
( Kontingen asal Kamboja, beristirahat setelah latihan)
(Tim Volunteer dan dua personel Kontingen Thailand)
(Tim Merah Putih Kebanggaan Indonesia, full team)
(Berada di tengah tim Myanmar beserta Liaison Officer paling kanan)
(Tim asal Timor Leste, formasi kurang lengkap)
(bersama Mr Zaw Moe Aung kontingen asal Myanmar -Pemain Favorit saya- )
Mungkin sampai sebagian dulu pengalaman
ini saya tulis, di lain kesempatan saya akan melanjutkan kembali bagian
pengalaman ini di part selanjutnya.
Selamat Malam
“Jangan Tanyakan Apa yang Negara
Berikan Kepadamu, Tanyakan Apa yang Sudah Kamu Berikan Untuk Negara”
Super sekali!
BalasHapustrimakasih pak marno teguh...
BalasHapusHahaha.. Itu bukannya orang yang sering bilang "Tolong dibantu ya'!"
BalasHapus